London 1888, terjadi pembunuhan berantai untuk korban ke-4. 640 km dari tempat itu ada seorang ahli ilmu pengetahuan baru, ilmu forensik. Polisi menyerahkan semuanya kepada orang ini. Apa yang tidak diketahui polisi yaitu Joseph Bell adalah model nyata detektif fiksi terhebat dalam sejarah. Dia menginspirasi muridnya Arthur Conan Doyle untuk menciptakan seorang legenda â€کSherlock Holmes’. Holmes adalah hasil karya Conan Doyle, seorang dokter berusia 27 tahun dan menjadi detektif paling terkenal sepanjang masa. Di seluruh dunia orang masih yakin Sherlock Holmes pernah hidup. Tiap tahun lebih dari 2.500 surat datang ke kantor fiktif Holmes di 221 Baker Street, untuk meminta bantuannya. Pria yang tak pernah hidup, penerima penghargaan ilmu pengetahuan. Dia diberi penghargaan oleh seluruh dunia untuk kesusastraan. Apa yang menjadikan detektif imajinasi ini sangat nyata? Karena arthur Conan Doyle yang membuat ia nyata karena ia memang nyata. Dia menulis cerita Holmes dari masa lalunya.
Dia adalah guru dan pembimbing Conan Doyle, Dr. Joseph Bell. 3 tahun sebelum ia menjadi muridnya, Bell adalah seorang ahli bedah dan dosen di Universitas Edinburgh. Misterius tapi berkharisma. Dia memisahkan kehidupan pribadi dari citra dirinya di depan publik. Ia berambisi menjadikan ilmu pengetahuan untuk mengungkap kasus kejahatan. Dr. Joseph Bell mungkin ahli patologi forensik pertama yang kita kenal. Dia salah satu yang menggunakan otopsi untuk menyelidiki kejahatan. Hanya ada sedikit ilmu penyelidikan dalam memecahkan kasus kejahatan saat Joe Bell menjadi ahli forensik. Tapi Bell dengan latar belakang ilmu forensiknya merasa bahwa, ilmu pengetahuan bisa jadi akar pemecahan masalah kejahatan. Walaupun analisanya sederhana tapi sangat penting dan waktu pun lebih sedikit.
Kejahatan merajalela, lebih banyak dari yang bisa ditangani polisi. Antara tahun 1874 dan 1878 Bell mengembangkan ilmu deteksinya. Dalam kimia, ilmu keracunan, patologi, dan analisa tulisan tangan. Semua langkah awal menuju apa yang kita kenal sebagai CSI (Crime Sign Investigations). Bell menyelesaikan lebih banyak kasus dan memenjarakan 5 orang. Dia tidak mau berurusan dengan hukum dan wartawan.
Seorang anak muda akan segera menarik Bell dari kegelapan, dialah Arthur Conan Doyle. Mahasiswa berumur 17 tahun, lahir dari keluarga miskin. Orang tuanya berjuang keras mengiriminya ke sekolah kedokteran. Nilai-nilainya jelek. Kehidupan orang tuanya menyedihkan. Orang tuanya pengangguran, keras, alkoholic, dan kasar. Dia orang yang mengenal penderitaan, ialah seorang yang harus melupakannya. Seorang yang ingin melihatnya menjadi dokter, seorang yang ingin menjadi penyembuh dalan keluarganya. Universitas menjadi tempat persembunyian Conan Doyle, begitu juga ruang kelas Dr. Joseph Bell. Bell menyilaukan murid-muridnya dengan kekuatan deduksinya (menemukan akibat, menyimpulkan terlebih dahulu dan kemudian membuktikan dengan bukti yang kuat sebagai penyebabnya).
Salah satu cerita dari Doyle dan dimasukkan dalam otobiografinya adalah:
Ada seorang pria yang telah melintasi padang rumput dan datang ke sebuah klinik. Joe Bell bilang ketika pria itu masuk, "Kau melewati daerah barat hari ini." "Bagaimana kau tahu?" katanya. Dia bilang, "Aku bisa melihatnya dari tanah merah di alas sepatumu, bahwa kau dari sana." Ini satu-satunya wilayah di Edinburgh dimana ada tanah merah seperti itu. Lalu dia bilang, "Ada apa denganya?" salah seorang muridnya ditunjuk. Murid itu menjawab, "Dia menderita sakit pinggang." "Tidak", katanya. "Bukan itu masalah sebenarnya." "Masalahnya yaitu dia pecandu alkoholic yang kronis." "Lihat hidungnya yang merah, dan wajahnya yang merah." Dan karena analisanya tepat, ia lalu menyembulkan dari saku kanannya sebotol whiskey. Dalam novelnya "The Adventures of The 5 Orange Pips", Holmes meniru Joe Bell. Cerita inilah yang menjadi inspirasinya untuk menciptakan Holmes.
Selama menjadi asisten Bell, Conan Doyle selalu mendapatkan sikap yang dingin, padahal dia adalah anak yang lapar akan rasa kasih sayang. Dia tidak mendapatkan dari orang yang dilayaninya atau yang berusaha ia layani dengan baik. Sikap dingin Bell akan menyulut cerita fiksi Conan Doyle. Dari sikap dingin dan emosi Bell terbentuk karakter Holmes yang kuat. Dalam Sign of 4 Sherlock Holmes berkata, "Penyelidikan harus atau menjadi ilmu pengetahuan. Dan harus diperlakukan dengan sikap dingin dan tanpa emosi." Conan Doyle mengabdi kepada Bell selama 1 tahun sebelum akhirnya lulus dan meninggalkan Edinburgh. Dia membuka praktek dokter sendiri di Southsea, Inggris. Dimulai dengan sedikit pasien dan uang sedikit, prakteknya bisa membiayai hidupnya. Conan Doyle memutuskan untuk menulis cerita pendek untuk bertahan hidup. Tahun 1886 ia mendapat inspirasi terbesarnya, dan melahirkan sebuah legenda â€کSherlock Holmes’. Novel pertamanya terbit tahun 1887 berudul â€کSherlock Holmes: Study in Scarlet’. Dia menggambarkan Holmes mirip dengan Joe Bell—â€کMatanya tajam dan menusuk. Hidung kurus seperti Elang memberinya kesan waspada dan tegas. 40.000 copy novel pertamanya telah terjual. Belum ada yang tahu bahwa detektif hebat itu berdasarkan manusia nyata. Pada suatu ketika Holmes pernah bekerja sama dengan Bell dan detektif lain untuk menyelidiki kasus pembunuhan berantai. Holmes memberikan beberapa dokumen dan gambar yang diperlukan Bell dan temannya (Little John) dalam mengungkap siapa pembunuhnya.
Pemeriksaan mereka lakukan dengan meneliti tulisan tangan, untuk menjelaskan kepribadian. Dijaman modern mereka akan melihat karakteristik tulisan tangan untuk mengetahui tujuannya. Mereka juga memakai teknik analisa kimia pada tinta kertas yang lebih modern, memakai sinar ultra violet, dan teknik yang bisa menemukan tekanan yang mungkin terbentuk pada dokumen dengan menulis di atas sehelai kertas—namanya penyelidiakn elektrostatis dan ia memunculkan tulisan yang tak terlihat oleh mata telanjang. Tekanan ujung pena sering meninggalkan bekas pada kertas di bawahnya dengan bantuan listrik statis dan partikel tinta yang baik—bekas tersebut terkadang bisa terlihat.
Memakai metode pada jamanya Bell dan temanya (Little John) menarik kesimpulan. Dan seperti dua orang dalam menemukan bola golf dalam semak, keduanya akan menemukannya jika punya analisa dan pemikiran yang tepat. Namun dokumen mereka akhirnya hilang, kemudian ada berita seorang yang bunuh diri dengan menenggelamkan diri dalam danau dengan memberati sakunya dengan batu. Dan ternyata benar dugaan mereka berdua, ternyata orang inilah yang menjadi tersangka pembunuhan itu. Conan Doyle mengambil semua ilmu kedokteran dan memasukkannya dalam proses penyelidikan detektif. Kejahatan baginya adalah penyakit baru di masyarakat. Setengah fiksi dan setengah realitas, Sherlock Holmes dan Joseph Bell memasuki era baru yang kita kenal sekarang dengan CSI. Bergelimang dengan kesuksesannya Conan Doyle memberi penghargaan pada Dr. Joe Bell. "Pada Andalah saya berhutang Sherlock Holmes, menurutku hasil uji analisanya sangat menakjubkan seperti yang kulihat kau lakukan di kamar pasien." Conan Doyle memberitahukan kepada pers tentang inspirasi nyatanya. Media mencium informasi yang bagus. Rasa terima kasih Conan Doyle menjadi kutukan Bell. Kemudian Bell menulis "Mereka yang mengenalku, melihat sisi lainku lebih baik daripada sisi yang dilihat Conan Doyle. Aku dihantui oleh kembaranku sendiri—Sherlock Holmes." Tapi sensasi herlock Holmes tak bisa dihentikan dan beredar ke seluruh dunia dengan berbagai bahasa. Dalam usia 74 tahun Joe Bell akhirnya wafat. Ucapan bela sungkawa diucapkan Conan Doyle, â€کUNTUK GURUKU, JOSEPH BELL M.D & C DI 2 MELVILLE CRESCENT, EDINBURGH. Bell hanya menjadi catatan kaki pada hasil karya besar yang terinspirasi oleh dirinya. Tapi warisannya terus hidup dalam lab. Forensik diseluruh dunia. Detektif yang tak pernah mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar